Myles Lewis-Skelly Diganjar Kartu Merah di Laga Arsenal vs West Ham?
Myles Lewis-Skelly, pemain muda Arsenal, menjadi sorotan setelah menerima kartu merah dalam laga melawan West Ham di Premier League.
Insiden ini terjadi pada Sabtu, 22 Februari 2025, saat Arsenal mengalami kekalahan 0-1 di kandang sendiri. Kartu merah tersebut menjadi perbincangan karena dianggap memengaruhi jalannya pertandingan. Simak juga pembahasan menarik lainnya mengenai sepak bola, hanya di BERITA LIGA INGGRIS TERBARU.
Kronologi Insiden Kartu Merah
Insiden kartu merah Myles Lewis-Skelly terjadi pada menit ke-73 pertandingan antara Arsenal dan West Ham, yang berlangsung pada 22 Februari 2025. Lewis-Skelly, yang baru masuk sebagai pemain pengganti menggantikan Riccardo Calafiori, melakukan pelanggaran terhadap pemain sayap West Ham, Mohammed Kudus, di area tengah lapangan.
Kudus berhasil melewati Lewis-Skelly dan berada dalam posisi yang menjanjikan untuk menyerang gawang Arsenal, sehingga pemain muda Arsenal tersebut berusaha menghentikannya. Wasit Craig Pawson awalnya memberikan kartu kuning atas pelanggaran tersebut. Namun, setelah berkonsultasi dengan asisten wasit video, Pawson diminta untuk meninjau kembali insiden tersebut melalui tayangan ulang di monitor sisi lapangan.
VAR menilai bahwa pelanggaran Lewis-Skelly memenuhi kriteria untuk kartu merah karena dianggap menggagalkan peluang mencetak gol yang jelas bagi Kudus. Setelah melihat tayangan ulang, wasit Pawson mengubah keputusannya dan memberikan kartu merah langsung kepada Lewis-Skelly.
Keputusan ini didasarkan pada interpretasi bahwa Kudus memiliki peluang besar untuk mencetak gol karena posisinya yang menguntungkan dan tidak adanya pemain bertahan Arsenal yang dapat menghalangi pergerakannya. Keputusan ini sontak memicu perdebatan dan kontroversi, mengingat lokasi pelanggaran yang berada di tengah lapangan dan interpretasi VAR terhadap “peluang mencetak gol yang jelas”.
Dengan aplikasi ShotsGoal, Anda tidak akan ketinggalan pertandingan Timnas. Nikmati live streaming bebas iklan dan update real-time hanya dengan satu aplikasi. Download sekarang.
Analisis Keputusan VAR
Dalam aturan sepak bola, DOGSO mengacu pada situasi di mana seorang pemain melakukan pelanggaran yang menggagalkan peluang jelas bagi lawan untuk mencetak gol. VAR menilai bahwa Mohammed Kudus memiliki peluang besar untuk mencetak gol karena ia berada dalam posisi yang menguntungkan, dengan ruang terbuka di depannya dan tidak ada pemain bertahan Arsenal yang secara langsung menghalanginya.
Namun, keputusan ini memicu perdebatan karena beberapa alasan. Pertama, pelanggaran terjadi di area tengah lapangan, bukan di dekat kotak penalti, sehingga jarak ke gawang masih cukup jauh. Kedua, meskipun tidak ada pemain bertahan Arsenal yang secara langsung menghalangi Kudus, posisi penjaga gawang David Raya yang jauh dari garis gawang juga menjadi pertimbangan.
Beberapa pihak berpendapat bahwa Raya memiliki peluang untuk menghalau Kudus, sehingga peluang mencetak gol tidak sepenuhnya “obvious” atau jelas. Keputusan VAR dalam insiden ini menyoroti kompleksitas dan subjektivitas dalam menerapkan aturan DOGSO.
Meskipun VAR bertujuan untuk mengurangi kesalahan dalam pengambilan keputusan, interpretasi terhadap “peluang mencetak gol yang jelas” dapat bervariasi tergantung pada sudut pandang dan pengalaman individu. Dalam kasus Lewis-Skelly, VAR mengambil pandangan yang lebih ketat terhadap aturan DOGSO, yang pada akhirnya berdampak besar pada hasil pertandingan.
Reaksi Mikel Arteta dan Arsenal
Mikel Arteta, manajer Arsenal, menunjukkan reaksi yang jelas terhadap keputusan kartu merah yang diberikan kepada Myles Lewis-Skelly. Meskipun tidak secara eksplisit mengkritik keputusan wasit atau VAR, Arteta memilih untuk bersikap hati-hati dalam komentarnya, mengisyaratkan ketidaksetujuannya tanpa mengungkapkan secara langsung.
Arteta menyatakan bahwa situasinya “sangat jelas” dan menyerahkan penilaian kepada orang lain, menunjukkan bahwa ia memiliki pandangan yang berbeda mengenai insiden tersebut. Sikap hati-hati Arteta mungkin disebabkan oleh potensi konsekuensi dari mengkritik ofisial pertandingan secara terbuka.
Klub dan manajer seringkali dikenai sanksi oleh otoritas sepak bola karena komentar yang dianggap merendahkan atau mempertanyakan integritas wasit. Dengan menahan diri untuk tidak berkomentar lebih jauh, Arteta menghindari risiko hukuman sekaligus menyampaikan pesan ketidakpuasan secara halus. Reaksi para pemain Arsenal di lapangan menunjukkan rasa frustrasi dan kekecewaan atas kartu merah tersebut.
Kapten tim dan pemain senior lainnya terlihat berdiskusi dengan wasit. Mencoba untuk memahami dasar dari keputusan tersebut dan mungkin mengajukan argumen atas nama Lewis-Skelly. Namun, setelah keputusan itu dikonfirmasi, para pemain Arsenal harus menerima keadaan dan berusaha untuk melanjutkan pertandingan dengan sepuluh pemain. Sebuah tugas yang terbukti sulit dalam menghadapi West Ham.
Baca Juga: Brighton Tetapkan Harga Jual Kaoru Mitoma, Chelsea Mau Angkut?
Dampak Kartu Merah Bagi Arsenal
Kartu merah yang diterima Myles Lewis-Skelly memiliki dampak signifikan bagi Arsenal dalam pertandingan melawan West Ham. Bermain dengan 10 pemain sejak pertengahan babak kedua membuat Arsenal kesulitan untuk mempertahankan momentum dan menerapkan strategi yang diinginkan.
Kehilangan satu pemain mengurangi opsi taktis dan memaksa tim untuk bermain lebih defensif. Sehingga memberikan keuntungan bagi West Ham untuk mengendalikan pertandingan. Selain berdampak pada pertandingan itu sendiri, kartu merah ini juga menambah daftar panjang masalah disiplin yang dihadapi Arsenal musim ini.
Dengan total lima kartu merah, Arsenal menjadi tim dengan jumlah kartu merah terbanyak di Liga Inggris. Menunjukkan masalah yang mendalam dalam hal disiplin pemain dan pengambilan keputusan di lapangan. Hal ini dapat menyebabkan kerugian poin yang tidak perlu dan mempengaruhi peluang tim untuk mencapai tujuan mereka di liga.
Lebih lanjut, absennya Lewis-Skelly karena skorsing akan memengaruhi ketersediaan pemain Arsenal untuk pertandingan mendatang. Dengan jadwal yang padat dan beberapa pemain kunci yang cedera. Hilangnya pemain tambahan dapat membebani skuad dan memaksa Arteta untuk membuat perubahan yang tidak ideal dalam susunan pemain awal. Ini dapat mengurangi kedalaman tim dan potensi untuk merotasi pemain. Hal ini sangat penting untuk menjaga kesegaran dan mencegah cedera lebih lanjut.
Tantangan Ke Depan
Klub harus fokus pada peningkatan disiplin pemain untuk mengurangi jumlah kartu merah yang tidak perlu. Ini dapat dicapai melalui pelatihan yang lebih ketat, penekanan pada sportivitas, dan peninjauan strategi tim untuk menghindari pelanggaran yang tidak perlu. Arteta perlu memastikan bahwa para pemainnya memahami pentingnya menjaga ketenangan dan membuat keputusan yang bijak di lapangan, terutama dalam situasi tekanan tinggi.
Arsenal perlu mengatasi potensi absennya Lewis-Skelly karena skorsing. Klub dapat mengajukan banding atas keputusan tersebut, seperti yang dilakukan dalam kasus-kasus sebelumnya, untuk mengurangi atau membatalkan skorsing. Jika banding tidak berhasil, Arteta harus mencari solusi alternatif untuk menggantikan Lewis-Skelly di susunan pemain awal.
Ini mungkin melibatkan perubahan taktis atau memberikan kesempatan kepada pemain muda lainnya untuk membuktikan diri. Insiden ini menyoroti perlunya evaluasi yang lebih mendalam terhadap peran VAR dalam pengambilan keputusan. Meskipun VAR dimaksudkan untuk membantu wasit membuat keputusan yang akurat.
Ada kekhawatiran bahwa teknologi tersebut terkadang dapat menyebabkan penundaan yang tidak perlu dan keputusan yang kontroversial. Premier League dan badan pengatur sepak bola lainnya harus terus meninjau dan menyempurnakan penggunaan VAR untuk memastikan bahwa itu digunakan secara efektif dan adil.
Kesimpulan
Keputusan VAR yang kontroversial memicu perdebatan dan menambah masalah yang dihadapi tim. Dengan jadwal padat dan pemain yang cedera, Arsenal harus berjuang keras untuk mengatasi tantangan ke depan. Insiden ini menjadi pelajaran berharga bagi Lewis-Skelly untuk lebih berhati-hati dalam melakukan tekel dan menjaga emosinya di lapangan.